- Back to Home »
- Info »
- Baterai Tenaga Air Solusi Alternatif Energi Listrik
Di Jawa Timur, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Kota Madiun
berhasil menciptakan sumber energi listrik dari proses elektrokimia
antara air, seng, dan tembaga. Rangkaian atau perangkat energi listrik
itu disebut dengan baterai air.
Salah satu siswa SMA Negeri 5
Kota Madiun, Emlirisda, mengatakan karya yang diciptakan bersama
teman-temannya itu bermula dari ide untuk mendapatkan sumber energi
listrik alternatif selain dari energi fosil. Selain itu, diharapkan
karya mereka juga tepat guna dan ramah lingkungan. Lalu muncul ide
memanfaatkan air sebagai penghantar ion yang mengandung listrik dari
logam jenis seng dan tembaga. “Rangkaiannya terdiri dari seng, tembaga,
kabel, penjepit, pipa penyaring, lem, dan bola lampu,” ujar siswa kelas
XII IPA 1 ini pada Tempo, Sabtu, 28 Juli 2012.
Seng dan
tembaga merupakan dua jenis logam dengan beda potensial atau tegangan
yang tinggi dibanding logam lain. Cara kerja baterai air ini dimulai
dari lempengan atau sel seng dan tembaga yang direndam dalam sebuah
tempat berisi air. Lempengan seng dan logam ditata sejajar atau
berhadapan dan tidak boleh bersentuhan atau berhimpitan.
Dalam
proses ini, seng berfungsi sebagai elektroda negatif dan tembaga adalah
elektroda positif. “Larutan ion negatif pada seng akan berpindah atau
tertarik ke tembaga yang berkutub positif melalui perantara air sebagai
elektrolit (penghantar),” ucap Emlirisda.
Sehingga muncul
larutan ion yang mengandung energi listrik. Energi listrik yang timbul
itu dialirkan melalui kabel berarus positif dan negatif yang dipasang
pada tiap lempengan seng dan tembaga. Dari situ, energi listrik dalam
kabel dialirkan ke bola lampu hingga memancarkan cahaya.
Sementara itu, lem digunakan untuk merekatkan rangkaian kabel dan pipa
penyaring yang berfungsi sebagai sirkulasi air jika air dibuat mengalir.
Sedangkan klip penjepit kabel digunakan untuk menyambungkan aliran
listrik dari rangkaian kabel pada lempengan ke rangkaian kabel yang
menuju lampu.
Eksperimen baterai air karya siswa ini dilakukan
dengan menggunakan masing-masing enam lempengan atau enam sel seng dan
tembaga. “Hasilnya, satu selnya (lempengan seng dan tembaga) mengandung
daya listrik 0,9 volt,” ucap siswa lain, Vitara Hardinia.
Sehingga enam sel akan menghasilkan tegangan listrik 5,4 volt. Tegangan
5,4 volt itu dihasilkan jika tanpa beban atau tanpa dihubungan dengan
lampu. “Kalau menggunakan beban (lampu menyala), total menghasilkan
tegangan 2,4 volt,” ucap siswa kelas XII IPA 2 ini.
Jika butuh
tegangan listrik yang lebih besar, maka cukup menambah jumlah lempengan
atau sel seng dan tembaga dalam rangkaian. Cahaya yang timbul dari
energi listrik dengan menggunakan masing-masing enam lempeng seng dan
tembaga itu teruji tahan satu bulan tanpa mati.
Penggunaan
baterai air oleh siswa setempat pertam kali digunakan di bidang
pertanian. Cahaya yang dihasilkan dari listrik baterai air jadi
perangkap serangga hama. Terapan baterai air model ini disebut dengan
Water Electric Light Trap (WELT) atau perangkap cahaya listrik dari air.
Sebagai perangkap, lampu yang menyala dengan listrik baterai air
diletakkan di atas alat penggorengan sebagai tempat untuk mengumpulkan
serangga. “Serangga bersayap akan tertarik dengan cahaya sehingga
terkumpul dan jatuh kesini (alat penggorengan),” Vitara menjelaskan.
Penelitian mereka ini telah dibukukan dalam karya ilmiah dan mendapat
juara III karya tulis ilmiah tingkat SMA dalam Lomba Inovasi Teknologi
Lingkungan (LITL) pada Maret 2012 yang diselenggarakan Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Karya tulis ilmiahnya
berjudul “Baterai Air Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif Water
Electric Light Trap Pengendali Hama Non Pestisida”. Baterai air ini juga
pernah dipertontonkan dalam pameran teknologi tepat guna nasional di
Yogyakarta pada 22-26 September 2010.
Baterai air ini ternyata
juga ramah lingkungan. Selain menghasilkan listrik, bekas air yang
digunakan bisa dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman. “Bekas airnya
mengandung seng yang dibutuhkan tanaman agar lebih kuat,” ucap Vitara.
Guru pembina Fisika SMA Negeri 5 Kota Madiun Imam Zuhri mengatakan
baterai air ini sederhana, bisa dibuat siapa saja, dan dimanfaatkan
dimana saja selama ada sumber air. “Air ada dimana-mana dan cara
kerjanya tidak rumit,” tuturnya.
Menurutnya, segala sesuatu
yang mengandung air termasuk tanaman bisa menimbulkan energi listrik
melalui proses elektrokimia. Siswa setempat juga pernah menciptakan
energi listrik serupa dengan tanaman kaktus sebagai elektrolit atau
penghantar. “Dibanding menggunakan kaktus, energi yang dihasilkan dengan
media air lebih tahan lama,” Imam menegaskan. Sebab kadar asam pada
kaktus bisa menimbulkan korosi atau karat pada logam sehingga
mempengaruhi tingkat kualitas ionisasi logam terutama seng.